Powered by Blogger.
RSS

Cobaan atau Hukuman?

Senin (4 April 2011) sore aku terseok menuju kelas AMDAL, diluar orang – orang menunggu giliran masuk kelas. Riuh, rendah, gelak, tawa memenuhi koridor di depan ruangan 9008. Aku berjalan, mengantuk, bosan, ingin pulang.
Lalu salah seorang dari mereka memanggil namaku, kubalikkan badan, kusunggingkan senyum.
“Eh kayanya nilai AMDAL lo salah deh. Masa dapet segitu?!” katanya
“Hm? Berapa gitu?” kataku was – was, karena diri ini sangat tahu bagaimana kondisi saat mengerjakan UTS AMDAL yang lalu.
“Liat aja sendiri”
Bergegas menyusuri lorong berbelok kiri, disana terlihat banyak kerumunan orang yang berwajah cemas tapi penuh harap mencari nilai masing – masing, membandingkannya dengan teman. Disini juga terdengar riuh rendah suara, keras, berbisik, bersorak dan mengumpat.
Tak membuang waktu kucari selembar kertas yang berjudul AMDAL
‘ah itu dia’ seruku dalam hati
Kususuri nim demi nim hingga nimku dan saat kulihat nilai yang terpampang, rasanya antara percaya dan tidak.
Rasanya tidak mungkin karena nilai yang terpampang hanya 23 (semoga salah!!) tapi juga ada sebersit rasa percaya dengan nilai yang tidak seberapa itu. Karena aku yang paling tahu, bagaimana kondisiku saat itu dan apa yang kutulis pasti nilainya tidak seberapa.
Aku hanya bisa tertawa hampa. Bukankah lucu, bagaimana nilaiku bisa sama dengan nim-ku? Semua orang bilang itu salah, pasti ada kekeliruan. Tapi aku tahu bahwa itu mungkin memang kenyataan. Tapi juga dalam hati kecil aku masih berharap memang ada kekeliruan dari pihak penilai.
Aku berjalan, kepalaku terasa kosong, aku masih bisa tertawa. Menertawakan kebodohan. Masih merasa mungkin ini hanya mimpi buruk. Waktu pun berlalu dengan nilai 23 masih terukir di kepala. Lalu tanpa bisa dihindari, otakku mulai bisa mencerna apa yang terjadi. Bagaimana kalau memang benar 23? Bagaimana kalau ternyata lebih kecil? Bagaimana kalau aku tidak lulus mata kuliah ini? Apa kata ibu? Ibu pasti kecewa, apa yang bisa aku berikan untuk ibu selain nilai yang bagus? Untuk ibu yang selalu bekerja keras untukku, untuk ibu yang selalu berkorban untukku, apa? Apa? Aku hanya bisa mengecewakan, tidak bisa lagi menjadi kebanggan untuk ibu.
Kuketik tombol hp-ku, kukirim sms untuk ibu. Ibu menyuruhku berdoa. Tidak menunjukkan kemarahan, tidak menunjukan kekecewaan, hanya menunjukkan kesabaran. Tapi aku tahu, ibu pasti sangat kecewa.
Apakah nilai yang sama dengan nim ku itu memang kesalahan? Mungkin ya, mungkin tidak. Apakah ada kebetulan seperti itu? Tidak! Tidak mungkin! Ini pasti bohong. Pasti nilaiku yang asli lebih tinggi dari itu! Aku berusaha meyakinkan diriku. Berusaha menghibur diri.
Tapi ini kenyataan kawan! Ini bukan khayalan, ini bukan cerpen atau novel, dimana semua ternyata hanya kesalahan atau mimpi belaka. Kenyataan yang dipenuhi dengan kebetulan, kenyataan yang memberikan harapan kosong, kenyataan yang dipenuhi parodi yang kejam.
Mengasihani diri, mencari pembenaran, keduanya tidak menghasilkan apapun.
Setelah berpikir, berpikir, berpikir, semua masalah sebenarnya tidak semengerikan yang terlihat, tergantung bagaimana persepsi kita dalam menilai masalah itu.
Mungkin saja ini cobaan untukku. Karena mungkin saja iman ku sedang diuji. Mungkin saja ini titik dimana Allah ingin mengujiku. Bukankah setiap orang yang beriman pasti akan diuji? Apa aku akan menyerah hanya dengan ujian yang seperti ini? Ini hanya ujian yang sangat kecil dibandingkan dengan orang – orang yang memang telah teruji keimanannya baik yang terdahulu maupun yang masa kini. Apakah aku akan menyerah? Apakah aku akan menyalahkan Allah atas kesalahanku? Tidak! Aku tidak boleh berpikir seperti itu. Bukankah dengan mengujiku menunjukkan bahwa Allah memang menyayangiku? Bukankah kalau aku dibiarkan dalam kenyamanan, aku akan melupakanNya? Oleh karena itulah, Dia memberikan cobaan ini supaya aku tidak pernah lupa padaNya, selalu meminta, selalu memohon padaNya dengan rasa ikhlas dan penuh kerendahan, kembali mengingatNya.
Tapi juga tidak tertutup kemungkinan ini hukuman yang ditunjukkan kepadaku karena aku banyak lalai. Mungkin aku dihukum karena telah menjadi hamba-Nya yang tidak pandai bersyukur. Hanya bisa mengeluh dan mengeluh tapi jarang bersyukur. Kenikmatan yang diberikan Allah padaku, sedikit pemahaman ilmu yang Allah anugrahkan telah membuatku sombong, lupa kalau diri ini hanya hamba yang lemah dan bodoh. Lupa. Alpa. Itulah aku. Selalu lupa kalau apa yang aku punya bukan milikku. Kalau ilmu yang aku pahami bukan berasal dari diriku. Bukan dengan kerja keras tapi semua semata – mata hanya rezeki dan kenikmatan yang Allah berikan.
Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang selain berdoa kalau ternyata nilai itu memang salah (masih berharap tentu saja) dan aku masih bisa lulus mata kuliah ini dengan nilai yang baik dan tidak mengecewakan siapa pun. Kalaupun memang benar itu kenyataannya, aku kembalikan semuanya kepada Allah. Karena waktu tidak bisa diulang, menyesal pun, menangis darah pun tidak ada gunanya, yang bisa dilakukan hanya berusaha untuk ujian yang selanjutnya.
Yaah, pesan moral dari semua ini adalah selalu berdoa, selalu belajar dengan niat mencari ridha Allah, banyak shalat, banyak baca Al-Qur’an juga, tidur yang cukup sebelum ujian, jangan belajar kalau kepala sedang panas, dan kerja keras!! Jangan sampai ada penyesalan dikemudian hari.

PS. Sayangnya sekarang aku malah jadi tidak menemukan semangat untuk belajar. Kepalaku sakit. Sakit. Sakit. -___-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 comments:

tiara said...

salah lah mi,,pasti salah,,
masa ah bisa kembaran gitu sama nim???,,pasti kacaletot lah si pengetik nilainya itu,,hehe

udah di konpirm kah ke si ibu?udah liat berkasnya??ayo ayo liaaat,,aku penasaran oge yeuh,,bilang2 ya kalo udah liat,,hehe

padahal kan kita ngisi sama tea yg bikin bagan,,haha :D

Ore_sama said...

Semoga salah.. Amiiin

tapinya ya aku emang se-ngga bisa itu lho ti -___-
belom liat berkasnya, minggu depan, si ibu sibuk minggu ini mah.
doain yaaa

Di ujung tanduk nih kelulusan aku

tiara said...

iya,,aamiin aamiin

semangat2!!! badai pasti belalu ..^^

Post a Comment