Powered by Blogger.
RSS

Curcol di Kala Hujan

current mood: kelabilan menjelang TA

Peringatan: Bagi yang lagi banyak kerjaan ga usah baca postingan ini karena kurang bermanfaat, postingan ini ditulis hanya didasarkan atas keegoisan penulis saja!! Don't tell me I'm not warned you!

Hari ini (kamis, 24 Maret 201), tepat di saat aku menulis tulisan ini, setelah solat maghrib selesai dilaksanakan, perkataan adikku menyadarkanku sesuatu yang penting. Dan kalau aku tidak menuliskannya sekarang juga, kurasa beban di hatiku tidak akan hilang.

Sejenak, aku merenung sebenarnya diri ini seperti apa? sifatnya, wataknya, komponen yang membangun diriku yang sekarang. Aku sangat perlu merenung supaya bisa berdamai dengan hatiku sendiri. Karena pikiran ini telah menggerogoti hatiku dan lama - kelamaan tubuhku juga (akhir-akhir ini jadi punya maag).

Setelah tadi berpikir dan merenung (ditambah sedikit tetesan air mata,  FYI aku bukan orang yang suka menangis di publik ataupun saat aku sendirian) aku sedikit banyak sadar akan kekuranganku, kekurangan yang selama ini malah aku pelihara dan terus berkembang semakin parah.

Yang pertama kali terpikir adalah aku bukan orang yang mudah simpati atau aorang yang peka, karena saat orang bercerita masalahnya padaku dan aku menempatkan diri di posisi mereka, aku sadar aku juga tidak punya pemecahannya (dan ini sering terjadi) dulu aku berpikir mungkin karena selama ini I'm being anti-social tapi lama-kelamaan aku berpikir apakah karena aku tidak punya rasa simpati atau tidak peka jadi aku tidak peduli?? Sampai tadi aku tidak tahu jawabannya.

Setelah berpikir tadi. Ternyata yang bermasalah adalah aku tidak bisa mengekspresikan emosi dengan baik terutama lewat lisan. Karena jika aku menyakiti atau disakiti hatiku serasa sakit, perih, seakan-akan bisa meledak kapan saja. Menangis, bukan karena fisikku sakit, bukan karena beban pelajaran, tapi menangis gara-gara disakiti dan menyakiti. Menangis karena tidak bisa membantu orang - orang disekitarku. Aku hanya bisa berekspresi dengan emosiku, kalau aku mengatakan sesuatu lewat lisanku semuanya terdengar hampa hampir seperti berbohong hanya untuk menunnjukkan rasa simpati. Aku benci berbohong.

Kemudian aku benci harus meminta maaf juga sulit untuk memberi maaf. Aku benci diriku untuk itu tapi itulah aku, semakin memaksakan diri untuk meminta atau memberi maaf semakin keras kepala diriku menolaknya. Keras kepala! Ya bertambah lagi satu catatan burukku.

Siapa bilang tindakan itu melebihi perkataan, 'maaf' dan 'kau kumaafkan' adalah kata-kata yang kuat. Tapi sayang aku tidak memiliki keduanya. Lagi-lagi karena aku tidak bisa mengekspresikan emosiku dengan baik lewat ucapan. Kalau aku meminta maaf yang terdengar oleh telinga hanyalah ucapan saja tidak ada ketulusan didalamnya, aku benci kalau aku melakukan sesuatu dengan tidak tulus. Dan aku membenci diriku karena itu, karena tidak bisa mengucapkan satu kata yang ajaib itu, kata 'maaf' bahkan terkadang ucapan 'terima kasih' pun sulit diucapkan. Untuk mengungkapkan rasa terima kasihku aku lebih ingin mengungkapkannya lewat sesuatu yang membuat orang yang bersangkutan senang.

Aku juga sering megeluh, tapi kalau aku mengeluh sebenarnya bukan karena aku tidak suka atau membenci suatu pekerjaan. Aku mengeluh (mungkin menurut kalian ini aneh, but that's me) karena aku bangga dengan pekerjaan itu. Hmm disinilah terjadi suatu paradoks. Tapi itulah kehidupan bukan?! Selau dipenuhi paradoks. Aku juga sering dibingungkan dengan kenyataan ini. Tapi yasudah lah aku sudah lama menerima diriku yang seperti ini dengan apa adanya.

Selanjutnya, mungkin yang terakhir untuk kali ini, aku ini adalah manusia yang senang melakukan semuanya dengan lambat. Entah kenapa aku tidak bisa bekerja dengan cepat dan gesit. 'Kurang lincah' suatu hari ibuku berkomentar. Aku selalu ingin memperbaiki kekuranganku yang satu ini, tapi entah kenapa selalu berakhir sama saja, apalagi kalau bukan aku lambat bekerja?!

Yaah, itulah hasil dari renungan aku, beberapa diantaranya tersadar saat menulis bukan saat merenung. Setelah menulis hatiku jadi sedikit lebih ringan. Dan berhubung sudah ditulis dengan panjang-lebar ditambah dengan bahasa yang lumayan baku, aku tidak mau tulisan ini hanya menganggur di laptop ku saja.
'Aku kan punya blog' pikirku 'kenapa ga aku post aja?? Toh blog punya aku ini'
bagi kalian yang telah membaca postingan ini, masih maukah menjadi teman untuk diriku? atau mungkin sekedar kenalan?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 comments:

Chrysanthee said...

makan di Serba Rame!!!!!

tiara said...

masih mi,,masih,,hehe
tapi aku yg mengenalmu tidak merasakan kamu sebegitu seperti yg km curhatkan mi,,kekeke

mgkn kamu yg terlalu merasa begitu,padahal kenyataannya nggak,,atau kamu pintar ekting, jadi berhasil menutupinya,,hehe :D

tp menurut aku semua orang punya "sisi gelap" yg mgkn ga ditunjukkan ke orang lain,,kalo bahasa psiternya mah "blind spot" heheh

cemngath cemangath

Ore_sama said...

@Chrysanthee

yuuuk kita makan disana.. Kamu yang traktir wkwkwk :D

Ore_sama said...

@Tiara

dibilang teh panggil aku kagemiya (ngarah keren) hahahah :D

biasalah lagi galau TA jadi sensi ga jelas,, baguslah kalo kamu ga
ngerasa aku kaya gitu heheh dan semoga ga pernah ya Ti :))

aku mah teu bisa akting kalo udah sebel ya sebel, kalo seneng ya
seneng, kalo galau ya galau heheheh I really bad at acting -___-
makanya pas jaman dulu kalo maen drama maunya jadi pohon aja wkwkwk

Post a Comment