Powered by Blogger.
RSS

Kisah Puteri Naga (2)

Berhubung sedang di comlabs, ngepost dulu ah.. Heheheh

Setelah 3 bulan mencari akhirnya raja menemukan penjaga Sungai Besar.
“Apakah benar kau adalah penjaga Sungai Besar?” tanya raja.
“Benar Paduka. Marilah ikut dengan saya, tuan saya hendak berbincang dengan Tuan mengenai permohonan Tuan”
“Bagaimana kau bisa tahu maksud kedatanganku?” sang raja keheranan
“Yang mulia, kabar berita selalu mencapai tempat ini dengan caranya sendiri. Mari ikut dengan saya dan mohon Anda tidak membawa serta pengawal Anda” kata sang Penjaga Sungai.
“Baiklah. Kalian tunggulah disini!” perintah sang raja.
“Tapi yang mulia..” kepala pengawal hendak membantah.
“Tidak ada tapi-tapian! Aku percaya pada orang ini!” potong sang raja.
“Siap yang mulia!”
Sang raja pun mengikuti Penjaga Sungai Besar. Mereka terus berjalan hingga sampai di sebuah air terjun yang berarus sangat deras.
“Tuanku! Sang raja telah datang” teriak Penjaga Sungai kea rah air terjun.
Tiba-tiba tanah bergetar dan terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Raja pun menunggu dengan was – was. Tidak lama setelah kemudian, tanah berhenti bergetar dan suasana di sekitar air terjun terasa sangat hening, bahkan suara gemuruh air terjun pun tidak terdengar.
Seperti terhipnotis mata pandangan sang raja tertuju kearah air terjun. Lama – kelamaan dari balik air terjun, muncullah sesuatu seperti mata kuning yang sangat besar. Semakin lama mata tersebut semakin besar dan semakin jelas pula  bentuknya. Diikuti dengan muncunya kepala yang sangat besar, kepala makhluk yang hanya ada dalam legenda dan dongeng – dongeng saja, yaitu kepala sang naga.
Kepala sang naga sangat besar dan ditutupi oleh sisik hijau tua yang berkilauan, giginya seputih mutiara dan setajam pedang yang paling tajam. Sepasang mata besarnya yang berwarna kuning bersinar seperti dua buah lentera besar yang penuh dengan energi kehidupan.
Mata raja terus menatap mata sang naga. Sekeras apa pun usaha sang raja melepaskan pandangan dari mata sang naga, usahanya selalu gagal. Sang raja merasa, mata itu seperti sedanng menilai dirinya, membaca pikirannya, dan menelanjangi hatinya. Seketika sang raja merasa sangat kecil dan tidak berdaya. Tidak  pernah dalam hidupnya dia menatap sesuatu seperti mata sang naga. Seolah – olah mata tersebut menarik dirinya dan tidak akan pernah melepaskannya. Mata yang membuat sang raja terpesona sekaligus ketakutan karena memancarkan kehangatan serta kebijaksanaan tapi dibaliknya terdapat pandangan dingin dan kejam serta tidak ragu memusnahkan segala gangguan yang ada dihadapannya.
Beberapa menit kemudian yang terasa berjam-jam bagi sang raja, akhirnya sang naga pun melepaskan pandangannya. Segera saja tubuh sang raja terasa sangat lemas, dia hampir saja terjatuh bila tidak bertumpu pada pedangnya.
“Wahai raja beritahukanlah apa keinginanmu padaku!” terdengar suara yang dalam dan bergemuruh di dalam kepala sang raja.
“Wahai naga yang agung keinginanku hanya satu. Aku ingin mempunyai anak”
“Aku bisa mengabulkan permohonanmu tapi bayaran untuk itu tidak sedikit”
“Berapa banyak pun emas yang kau inginkan akan kuberikan”
Lalu terdengar suara bergemuruh seperti suara guruh saat akan datang hujan yang sangat lebat. Ternyata suara tersebut adalah suara tawa sang naga. Setelah suara gemuruh tadi mereda, sang naga mulai berbicara lagi.
“Selama berabad – abad hidupku kenapa kalian, bangsa manusia, selalu saja menawariku emas?! Apakah emas adalah hal yang paling berharga bagi kalian? Tapi sayangnya aku tidak menginginkan emas, permata ataupun kekayaan”
“Kalau begitu apa yang Anda inginkan? Apa pun itu akan aku berikan”
“Aku menginginkan hal yang paling berharga milikmu”
“Apakah itu wahai naga yang agung?”
“Aku menginginkan anakmu yang pertama”
Mata sang raja terbelalak mendengar syarat sang naga. Untuk sesaat sang raja melupakan rasa takutnya pada naga besar yang ada dihadapnnya. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia merasa terhina seperti sekarang ini.
“Apa?! Mana mungkin aku akan menyerahkan anakku padamu!” sang raja sungguh murka, wajahnya memerah dan napasnya memburu.
Disisi lain sikap sang naga tampak sangat tenang, sisi – sisi mulutnya berkedut seperti sedang menahan tawa.
“Bukankan tadi kau mengatakan akan member apa pun yang kuminta?” Tanya sang naga dengan tenang.
“tapi kenapa? Kenapa harus anakku? Kenapa tidak meminta yang lain??”
“Kalau begitu apa kau akan menyerahkan seluruh rakyatmu sebagai pengganti ankmu?” Tanya sang naga tajam.
“……..” sang raja tidak dapat berkata apu pun.
“Tentukanlah pilihanmu dengan bijak, hai manusia”
“… Bolehkan aku meminta waktu satu minggu? Aku harus mendiskusikan masalah ini dengan istriku”
3 hari, itulah waktu yang kau punya. Lebih dari itu apa pun bayarannya tidak akan dapat mengabulkan permohonanmu.


-tsuzuku-to be continued-bersambung-


comment is welcome :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment